JAKARTA– Kelmarin, Rabu (15/7/2020), matahari melintas di atas Ka’bah yang merupakan posisi istimewa. Fenomena ini bisa digunakan umat Islam untuk mengoreksi arah kiblat yang digunakan saat sholat.
Fenomena yang disebut Istiwa A’dham atau Rashdul Qiblah ini sebetulnya terjadi setiap tahun. Artinya, tiap tahun selalu ada kesempatan bagi muslim melakukan verifikasi arah menghadap Ka’bah ketika ibadah.
Dengan adanya fenomena ini, apakah mengindikasikan arah sholat seorang muslim selama ini bisa salah? Mungkinkah ada perubahan arah kiblat?
Kepala Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional atau Lapan Prof Thomas Djamaluddin menjawab seputar fenomena yang terjadi pada 14-16 Juli 2020 ini. Dia juga menjelaskan tentang bagaimana fenomena tersebut bisa digunakan untuk mengecek arah kiblat.
“Arah kiblat tidak berubah. Yang menjadi masalah, masih banyak masjid kecil atau musholla, termasuk musholla pribadi di rumah, yang arahnya hanya diperkirakan. Walau saat ini sudah banyak aplikasi di gawai yang bisa digunakan, tetapi cara penentuan dengan bayangan matahari bisa dilakukan secara massal,” kata Prof Thomas kepada detikcom pada Rabu (15/7/2020).
Cendekiawan muslim ini menjelaskan, posisi matahari tepat di atas Makkah atau Ka’bah adalah posisi istimewa yang terjadi tiap tahun. Pada saat itu, semua wilayah yang bisa melihat matahari berarti melihat ke arah Makkah.
“Itulah arah kiblat,” ujar Prof Thomas yang juga menjelaskan seputar fenomena matahari melintas di atas Ka’bah ini dalam blognya.
Peristiwa matahari melintas di atas Ka’bah adalah peristiwa astronomis, yang terkait dengan pergerakan semu matahari. Prof Thomas menjelaskan, pergerakan semu diakibatkan kemiringan sumbu rotasi yang merupakan kondisi siklus tahunan. Kondisi ini terutama berpengaruh pada regularitas musim.
“Posisi matahari berubah reguler itu dimanfaatkan untuk mengoreksi arah kiblat dengan cara yang sederhana namun akurat,” kata Prof Thomas.Dalam Twitternya, LAPAN menjelaskan seputar pergerakan semu matahari yang berkaitan dengan posisi matahari di atas Ka’bah. LAPAN juga mengingatkan muslim untuk melakukan verifikasi arah kiblat.
“Hal ini dikarenakan sumbu rotasi Bumi yang miring 66,6 derajat terhadap orbit Bumi, sehingga mengalami pergerakan semu tahunan yang bervariasi antara 23,4 derajat LU (lintang utara) pada 21 Juni hingga 23,4 derajat LS (lintang selatan) pada 21 Desember,” tulis Lapan di akun @LAPAN_RI.
Posisi matahari di atas Ka’bah merupakan kali kedua, setelah yang pertama terjadi pada 27 Mei 2020. Fenomena ini terjadi pada pukul 09.27 Waktu Saudi atau 16.27 WIB. Metode ini hanya berlaku untuk Indonesia bagian Barat dan Tengah bagian Barat. Sedangkan untuk Indonesia bagian Timur dan Indonesia Tengah bagian Timur, penentuan arah kiblat dilakukan saat matahari di atas antipoda Ka’bah atau sebalik arah Ka’bah.-detikinet
www.indahnyaislam.my
—-—
Sumbangan ikhlas untuk dakwah Indahnya Islam:
https://www.billplz.com/indahnyaislam
MYDAKWAH RESOURCES
5628 3464 5315 (Maybank Islamik)