Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kali kita diminta untuk melakukan solat secara berjamaah, mengingat besarnya keutamaan dari solat jamaah. Tetapi, dalam keadaan tertentu terkadang kita diminta untuk menjadi imam dari perempuan yang bukan mahram untuk mendirikan solat berjamaah. Lantas, bagaimanakah hukum solat jamaah dengan perempuan bukan mahram?
Dalam literatur kitab fikih, dijumpai beberapa keterangan yang menjelaskan bahwa mahruh hukumnya solat berjamaah berdua dengan yang bukan mahram. Hal ini kerana berdasarkan hadis yang melarang seseorang laki-laki untuk berduaan dengan perempuan yang bukan mahram.
Sebagaimana disebutkan dalam kitab Majmu’ Syarah Muhaddab, juz 4 halaman 277 berikut;
قال المصنف رحمه الله ) ويكره أن يصلي الرجل بامرأة اجنبية لما روى أن النبي صلي الله عليه وسلم قال ” لا يخلون رجل بامرأة فان ثالثهما الشيطان “(
Artinya : “Mushonnif berkata (Dimakruhkan bagi seorang laki-laki sholat dengan perempuan yang bukan mahram karena berdasakan riwayat bahwa Nabi SAW bersabda ‘jangan sampai laki-laki berduan dengan perempuan, karena ketiganya adalah setan’)”
Adapun yang dimaksud dengan makruh dalam keterangan diatas adalah mahruh tahrim (status makruh yang mendekati hukum haram). Bahkan ada beberapa kalangan mazhab syafi’i yang menyatakan hukumnya haram, baik untuk laki-laki dan perempuan.
Sebagaimana dalam lanjutan keterangan kitab Majmu’ Syarah Muhaddab berikut,
)الشرح) المراد بالكراهة كراهة تحريم هذا إذا خلا بها: قال اصحابنا إذا أم الرجل بامرأته أو محرم له وخلا بها جاز بلا كراهة لانه يباح له الخلوة بها في غير الصلاة وان أم باجنبية وخلا بها حرم ذلك عليه وعليها للاحاديث الصحيحة
Artinya : “(Penjelasan) Adapun yang dimaksud dengan makruh disini adalah makruh tahrim. Hal ini apabila laki-laki berduaan dengan perempuan. Sebagian ashab syafi’i berkata apabila seorang laki-laki mengimami istri atau mahramnya dan berduaan dengannya maka hukumnya boleh tanpa adanya kemakruhan.
Kerana dia diperbolehkan berduaan diselain waktu solat. Apabila seseorang menjadi imam berduaan dengan perempuan bukan mahram, maka haram hukumnya berdasarkan keterangan hadis-hadis sohih.”
Namun demikian, kemakruhan hukum diatas hanya berlaku apabila seseorang laki-laki berjamaah berdua dengan perempuan yang bukan mahram. Apabila dia menjadi imam dari beberapa orang perempuan, maka menurut jumhur hukumnya boleh tanpa adanya kemakruhan.
Hal ini karena perempuan yang berkumpul pada biasanya tidak mungkin membiarkan laki-laki itu melakukan perbuatan mafsadat pada sebagian perempuan lainnya. Sebagaimana disebutkan dalam kitab kitab Majmu’ Syarah Muhaddab, juz 4 halaman 277 berikut;
وان أم باجنبيات وخلا بهن فطريقان قطع الجمهور بالجواز ونقله الرافعي في كتاب العدد عن اصحابنا ودليله الحديث الذى سأذكره ان شاء الله تعالي ولان النساء المجتمعات لا يتمكن في الغالب الرجل من مفسدة ببعضهن في حضرتهن
Artinya : “Apabila seorang laki-laki mengimami beberapa orang perempuan maka terdapat dua pendapat. Menurut jumhur perbutan itu diperbolehkan dan pendapat ini dinukil oleh imam Rafi’i dalam kitab A’dat dari ashab Assafi’i.
Dalilnya adalah berdasarkan hadis – hadis sohih dan kerana perempuan yang berkumpul pada biasanya tidak mungkin membiarkan seorang laki-laki melakukan mafsadat pada sebagian lainnya. ”
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa mahruh hukumnya solat berjamaah berdua dengan yang bukan mahram. Tetapi, apabila dia menjadi imam dari beberapa orang perempuan, maka menurut jumhur hukumnya boleh tanpa adanya kemakruhan.
Demikian penjelasan mengenai hukum shalat jamaah dengan perempuan bukan mahram. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.
www.indahnyaislam.my
—-—
Sumbangan ikhlas untuk dakwah Indahnya Islam:
www.indahnyaislam.my/Sumbangan-Indahnya-Islam
PERSATUAN INDAHNYA ISLAM